23 views
Kupas Tuntas Sembelit

Sembelit dikenal juga dengan istilah konstipasi. Istilah ini digunakan untuk menggambarkan gangguan atau masalah pada sistem pencernaan seseorang. Gangguan yang dimaksud yaitu suatu kondisi ketika seseorang mengalami kesulitan saat melakukan Buang Air Besar (BAB), antara lain dikarenakan oleh feses yang keras.

Umumnya, seseorang dikatakan mengalami sembelit apabila frekuensi BAB selama satu minggu hanya berlangsung tiga kali atau kurang.  Menurut North American Society for Pediatric Gastroenterology Hepatology and Nutrition (NAPSGAN) 2006, menyebutkan konstipasi adalah kelambatan atau kesulitan dalam defekasi yang terjadi dalam 2 minggu atau lebih dan cukup membuat pasien menderita.

Penyebab Sembelit atau Konstipasi

Sembelit memiliki beberapa faktor penyebab diantaranya adalah faktor gaya hidup seperti kurang konsumsi serat, kurang cairan, dan kebiasaan tidak langsung buang air besar saat adanya keinginan untuk buang air. Selain itu, ada studi yang melaporkan bahwa waktu transit kolon pada pasien konstipasi fungsional lebih lama dibandingkan kontrol. Gangguan waktu transit ini diduga diakibatkan adanya otonom yang tidak berfungsi. Sedangkan, konstipasi kronik dipengaruhi oleh beberapa hal lain yaitu waktu transit kolon, inersia kolon, obstruksi jalan keluar feses, dan disfungsi dasar panggul.

Jadi, faktor-faktor yang dapat menyebabkan sembelit adalah sebagai berikut:

  • Kurangnya kandungan serat pada bahan makanan yang dikonsumsi. Serat membantu pergerakan sistem pencernaan, sehingga mencegah terjadinya sembelit. Makanan berserat mencakup sayuran, buah-buahan, dan biji-bijian (gandum).
  • Pola hidup. Seseorang yang tidak aktif secara fisik, misalnya pekerjaan menuntut banyak duduk, kurang latihan, atau diharuskan bedrest selama beberapa waktu, lebih beresiko terkena sembelit. Diperkirakan hal ini berkaitan dengan penurunan metabolisme tubuh saat seseorang tidak aktif.
  • Beberapa jenis obat-obatan bisa menimbulkan kondisi sembelit. Di antaranya adalah obat antinyeri golongan opioid, obat anti-depresan, obat anti-kejang, obat calcium channel blocking (sering kali digunakan sebagai anti-hipertensi), antasida yang mengandung alumunium, dan diuretik.
  • Susu, pada beberapa orang tertentu malah menyebabkan sembelit.
  • Penyakit irritable bowel syndrome (IBS).
  • Perubahan hormonal selama kehamilan dan membesarnya ukuran rahim bisa menekan saluran pencernaan dan dapat menyebabkan sembelit.
  • Proses penuaan. Penurunan metabolisme, kondisi tidak aktif, dan kerja otot pencernaan yang tidak efektif seperti saat berusia muda bisa menimbulkan sembelit.
  • Perubahan kebiasaan, misalnya perubahan jam makan, perubahan jam tidur, dan perubahan jadwal BAB dapat menjadi pemicu terjadinya konstipasi.
  • Penggunaan laksatif secara berlebihan. Beberapa orang menggunakan zat laksatif atau pelancar BAB dalam jangka panjang untuk memperoleh kebiasaan BAB tertentuMenunda BAB.
  • Kurang konsumsi cairan. Mengonsumsi alkohol dan minuman berkafein (seperti beberapa jenis soda atau kopi) dapat menyebabkan dehidrasi dan meningkatkan risiko sembelit.
  • Masalah pada usus besar atau kolon atau rektum, misalnya karena adanya tumor yang menyumbat, jaringan parut (scar), divertikulosis, kolorektal stiktura, penyakit Hirschprung, dan sebagainya.
  • Penyakit atau kondisi yang memperlambat pergerakan makanan, misalnya penyakit neurologis (multiple sclerosis, stroke, Parkinson), penyakit endokrin dan metabolisme (diabetes, hipotiroid), penyakit sistemik (lupus, scleroderma), atau kanker.

Gejala Konstipasi

Adapun gejala yang ditimbulkan jika seseorang mengalami sembelit adalah sebagai berikut:

  • BAB tidak teratur
  • Feses yang kering, keras, bergumpal, atau lebih sedikit dari biasanya
  • Nyeri perut atau terasa keram
  • Merasa mual atau kembung
  • Kehilangan nafsu makan

Beberapa tanda atau gejala sembelit bisa menjadi petunjuk adanya penyakit yang lebih serius, yaitu:

  • BAB berdarah
  • Nyeri pada anus dan hemoroid (wasir)
  • Fisura anal (adanya luka sobekan pada permukaan anus)
  • Prolapse rectum (kondisi dinding rektum yang keluar dari jalurnya atau keluar dari anus)
  • Feses yang tidak dapat dikeluarkan (terutama pada anak kecil dan orang lanjut usia)
  • Konstipasi disertai muntah terus menerus dan nyeri perut (dapat menandakan adanya sumbatan)
  • Konstipasi disertai nyeri perut terus menerus bahkan bertambah parah, terutama jika disertai demam.

Penanganan Sembelit

Perubahan pola hidup biasanya dianjurkan sebagai tahap awal pengobatan sembelit. Jika diperlukan, bisa memberikan obat untuk membantu BAB, seperti zat laksatif. Namun perlu diperhatikan, pemakaian laksatif hanya apabila diperlukan dan sebaiknya tidak dikonsumsi terus menerus dalam jangka panjang. Untuk itu diperlukan pola makan tinggi serat, memperbanyak konsumsi cairan, dan melakukan pola hidup aktif dan rutin berolahraga.

Bila terdapat gejala seperti konstipasi segera konsultasikan ke Klinik Utama Bedah STWC untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut sebelum sembelit menyebabkan wasir.

Rate this post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *